9Kmyph8iqNvs8V4DkxBDak2twxNpGcSBLPXdlEFm
Bookmark

Review Film: Gita Cinta Dari SMA

 Siapa yang tidak tau film Ada Apa Dengan Cinta? Film yang menjadi sebuah ikon kisah cinta remaja beserta kehidupan masa SMA masa kini. Namun Jauh sebelum film tersebut terdapat film kisah cinta remaja yang melegenda dengan pemeran Galih (Rano Karno) dan Ratna (Yessi Gusman) dimana film tersebut sangat terkenal pada masanya. 

Film ini diawali dengan hadirnya seorang siswi dari Jawa yang bernama Ratna. Ratna adalah siswi pindahan yang karena kecantikannya langsung membuat banyak pria mengantri untuk cintanya. Satu per satu dari mereka mencoba mendekati Ratna dengan modus "antar pulang". Tapi walaupun ada pria yang ingin mengatarnya dengan mobil atau vespa, perhatian Ratna justru tertuju pada Galih yang hanya pulang dengan mengayuh sepeda.

Pada awalnya Galih sama sekali tidak menaruh perhatian pada Ratna dan sangat terkesan cuek karena tidak percaya diri. Namun seiring berjalannya waktu Ratna mulai mendekati Galih dengan cara meminjam buku catatan dan dari situlah hubungan diantara mereka terbangun. 

Suatu saat, ketika perkumpulan kelas diadakan, Galih dan Ratna dinobatkan sebagai pasangan. Setelah acara kelas itu selesai Galih dan Ratna pulang bersama dan ketika di tengah perjalanan Galih menyatakan cintanya kepada Ratna. Mulai dari situlah mereka resmi berpacaran. 

Cinta mereka banyak menuai kontroversi. Pada saat Galih bermain ke rumah Ratna, ayah Ratna mengintrogasi dan tidak setuju kalau anaknya berpacaran dengan Galih, lalu Galih terpaksa harus pindah kelas karena permintaan ayah Ratna yang mana membuat sedih mereka berdua. 

Keduanya adalah bintang kelas. Bisa dibilang keduanya adalah pelajar teladan. Sayang cinta mereka tidak kesampaian karena ayah Ratna yang beretnis Jawa tidak menyetujui hubungan anaknya dengan Galih yang berasal dari Sunda. Ia telah menjodohkan Ratna dengan seorang mahasiswa yang sedang berkuliah di Universitas Gadjah Mada.  

Dengan segala macam paksaan, cinta mereka diputuskan. Akan tetapi berkat bantuan kakak Ratna dan teman-teman sekelasnya, mereka secara diam-diam selalu bertemu. Pada malam perpisahan, pihak sekolah mengumumkan bahwa Galih dan Ratna menjadi siswa-siswi terbaik. Cinta mereka harus berpisah karena Ratna melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. 

Untuk Film ini sendiri ditayangkan pada tahun 1979 ini bisa dibilang sangat bagus karena dibuat sesuai masanya sehingga kesan realistis dapat terlihat. Namun penulisan dialog mayoritas menggunakan bahasa baku sehingga mengurangi kesan “abadi” dalam film ini dimana orang pada masa sekarang terkadang risih dengan hal seperti itu. 

Dalam film ini juga tidak terdapat pesan moral bahwa pelajar harus rajin dan sebagainya. Ada usaha untuk memasukkan kesenian Indonesia seperti adegan tarian di acara perpisahan atau saat para siswa yang berkemah dan menyanyikan lagu-lagu anak yang riang gembira. Meski menghadirkan semua itu, lagi-lagi yang terasa adalah kejujuran. Tidak ada niatan untuk "sok nasionalis" atau "sok melestarikan budaya". Semuanya murni ada disana karena Arizal memang merasa perlu memasukkan semua itu untuk kisah cinta yang sehat. 

Banyak aktor, khususnya pemeran pembantu yang terlihat tidak nyaman dengan pelafalan dialognya namun karena kekakuan tersebut terdapat banyak kelucuan yang muncul tanpa disengaja. Tapi kekuatan akting dua pemeran utamanya amat menolong. Disaat Yessi Gusman sering kaku pada pelafalan dialog, tidak begitu dengan curahan emosi dan ekspresinya. Setiap emosi tersaji kuat. Sedangkan untuk dialog, Rano Karno adalah yang paling enak didengar. Karakter yang cuek ia bawakan dengan kharisma kuat dikombinasi dengan pengucapan dialog yang lebih terasa "cair". 

Kesimpulannya, diantara banyaknya kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam film ini, tetap masih banyak pelajaran yang dapat diambil serta masih layak ditonton dan dijadikan inspirasi untuk membuat film tentang kisah percintaan remaja di masa kini maupun di masa yang akan datang.
Posting Komentar

Posting Komentar